SEKOLAH INSPIRASI



SDN 07 Belakang Balok menciptakan lingkungan sekolah sehat, sehingga membuat siswa betah belajar, salah satu terobosan dengan mewarnai paving block yang beraneka warna. 
SDN 07 Belakang Balok merupakan salah satu sekolah favorit dikota Bukittinggi, dengan lingkungan sekolah yang sangat nyaman, jauh dari kebisingan, ditambah lagi dengan penghijauan dipekarangan sekolah, sehingga menciptakan sirkulasi udara yang sangat bagus kemudian ditunjang dengan letak sekolah yang strategis menurut tata ruangnya dikota Bukittinggi. 

Blogger Bukittinggi






Tanggal 12-14 Nopember,  disini saya baru mengenal apa itu " Blog " .
Awalnya kegiatan ini merupakan pelatihan dari balai bahasa Sumatra Barat. Akan tetapi berkat inisiatif seorang jurnalis, maka terbentuklah sebuah komunitas yang diberi nama " Blogger Bukittinggi ".
Tujuan dari komunitas ini, untuk meningkatkan kemampuan literasi anggota komunitas pada khususnya, masyarakat luas pada umumnya. 

Menanamkan Sikap Sportif Usia Dini


Menanamkan Sikap Sportif dan Jujur Sedari Dini Lewat Penjasorkes dan Permainan Tradisional

Indra Jaya, S.Pd
Guru Penjasorkes SdN 07 Belakang Balok

Dunia adalah tempat yang penuh dengan kompetisi, karena itu menanamkan jiwa sportivitas dan kejujuran pada anak sedari dini adalah hal yang wajib dilakukan oleh para orang tua dan guru. Dalam kesehariannya pun, anak-anak kerap dihadapkan dalam berbagai kompetisi. Oleh karena itu sang penting bagi orang tua dan guru untuk memperkenalkan pada anak mengenai konsekuesi dari kompetisi, yaitu menang atau kalah.
Sikap sportif akan mengajarkan anak untuk mau mengakui kekalahan serta menghargai dan menghormati kemenangan orang lain. Sikap ini dibutuhkan agar anak terbiasar rendah hati, tidak sombong dan menghargai teman dan rekan yang mengalami kekalahan. Tanpa sikap sportif, seorang anak akan sulit menerima kekalahan dan oleh karena itu mereka terbiasa menyalahkan orang lain dan berbuat curang demi meraih kemenangan. Bila hal ini tidak diatasi, maka akan membawa dampak buruk pada cara anak membangun relasinya dengan orang lain. 
Pada anak usia sekolah, mata pelajaran Penjasorkes diyakini bisa menjadi salah satu sarana utama mengenalkan sportivitas dan kejujuran pada anak, karena dalam olahraga terkandung nilai-nilai kejujuran dan sportivitas itu sendiri. Penjasorkes pun dapat disimpulkan sebagai salah satu sarana penting dalam pembentukan karakter anak di usia dini.
Sejauh ini kegiatan olahraga diketahui sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kebugaran serta mengoptamalisasikan funsgsi organ tubuh. Namun demikian, kegiatan olahraga juga diketahui dapat digunakan sebagai sarana untuk membangun karakter seseorang.
Mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan diyakini dapat memperkenalkan pada siswa nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga, seperti antusiasme, sportivitas, fair play, tanggungjawab, kepedulian, kejujuran serta profesionalisme. Oleh karena itu guru Penjasorkes pun memiliki peran utama sebagai agen perubahan untuk melekasanakan internalisasi nilai-nilai olahraga lewat mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan ini.
Dengan memanfaatkan berbagai jenis olahraga permainan kecil yang terdapat dalam program belajar mata pelajaran Penjasorkes, guru dapat memperkenalkan para siswa pada kompetisi dan bagaimana menghadapi kompetisi serta konsekuensi yang harus mereka tanggung setelah kompetisi tersebut berakhir. 
Dalam prosesnya siswa akan mengenal antusiasme dan juga motivasi dalam menghadapi kompetisi. Di samping itu mereka juga akan memahami konsep dari fair play, tanggungjawab dan juga kreativitas dan tentunya kejujuran pada saat kompetisi tengah berlangsung. Siswa juga akan belajar untuk bersikap sportif atas setiap hasil dari kompetisi yang mereka ikuti.
Permainan kecil sendiri dapat diartikan sebagai segala bentuk permainan yang tidak memiliki peraturan baku dalam penerapannya, baik aturan, alat, durasi hingga lokasi bermain. Walau demikian, permainan yang biasanya diadapatasi dari berbagai permainan tradisional ini diketahui memiliki banyak nilai positif dan pembelajaran di dalamnya dan juga mengandung pesan-pesan moral dengan muatan kearifan lokal yang luhur.
Dengan memanfaatkan olahraga permainan kecil dan permainan tradisional, diyakini siswa akan lebih mudah memahami dan meresapi nilai-nilai kejujuran dan sportivitas dengan metode yang menyenangkan. Pendekatan ini pun dinilai lebih mudah untuk dipahami oleh anak sehingga tujuan pembentukan karakter yang sportif dan jujur lebih mudah dicapai.
Tak bisa kita pungkiri, sikap sportif dan jujur adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Karena itu, baik orang tua atau pun guru harus dengan serius menanamkan karakter tersebut di dalam diri anak-anak demi menjamin generasi penerus yang berkualitas di masa depan. Dengan menanamkan sikap sportif dan jujur sedari dini, kita dapat mencegah generasi penerus dan calon pemimpin masa depan menjadi sosok yang curang, tidak jujur serta berusaha menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka. 


Semilir Angin, Kapankah?


“Praannggg….”
Bunyi itu pun terdengar sampai ke kamar Ridwan. ”suara apa itu?” ucapnya dalam hati. Iapun melangkahkan kakinya dan mencari apa yang sedang terjadi. Tampak ibunya sedang gemetar dan hanya diam terpaku di dapur. ”ada apa bu?” ucapnya. Ibunya terlihat pucat dan berkata ”ibu tak sengaja memecahkannya. Apakah ini ada pertanda buruk?”. Diapun teringat akan sosok ayahnya yang lagi terlibat konflik dengan desa sebelah. Kedua desa, yaitu desa kanjuhuran dan kusangin memang tidak pernah akur selama beberapa tahun ini dan mereka sering terlibat konflik berdarah.
Ridwanpun bergegas pergi keluar tanpa memikirkan tangannya yang luka. ”kamu mau kemana nak?” ucap seorang ibu yang begitu sayang kepada anaknya itu ”lukamu belum sembuh” sambungnya. Diapun langsung pergi menemui ayahnya. ”aku ingin bertemu ayah bu” jawabnya dari kejauhan. ”Ya tuhan lindungilah anak dan suamiku” do’anya kepada sang Maha Pencipta.
Sambil membersihkan beling yang berserakan, ibunya pun merasa gelisah. Bagaimana tidak perkelahian minggu lalu saja telah melukai anaknya. Saat itu Ridwan disabet menggunakan parang dan lukanya cukup serius. Untung saja ia masih bisa diselamatkan. Ia takut hal yang sama akan terjadi pada suaminya. ”kapankah semua ini akan berakhir?” tanyanya dalam hati. ”seperti tak ada habisnya” ujarnya. Diapun hanya bisa terduduk lemas di depan pintu menanti kabar sang suami.
Desa Kanjuhuran dan desa Kusangin adalah dua desa yang bertetangga di kabupaten simuba. Dulunya kedua desa hidup dengan rukun. Tapi beberapa tahun terakhir ini kedua desa tampak tegang. Entah siapa yang memulai konflik ini. Tapi konflik ini terjadi tidak lama setelah pak Mukhlis, yang juga ayahnya Ridwan diangkat warga desa sebagai kepala desa.
Konflik kedua desa ini dilatarbelakangi oleh batas wilayah kedua kampung. Setiap ada masalah kecil, kedua desapun menjadi tegang. Sudah beberapa kali dilakukan proses perdamaian antara kedua kampung, dan sudah beberapa kali pula perjanjian itu hanya hitam diatas putih.
Sudah banyak yang harus dikorbankan dari pertikaian antara kedua kampung. Mulai dari waktu, harta benda, sampai kepada nyawa. Hidup damai dan tentram hanyalah menjadi mimpi yang mungkin suatu saat akan menjadi kenyataan bagi kedua kampung.
Dari jauh terlihat seorang sosok yang sedang memapah orang yang terluka. ”mak, tolong bapak mak! Bapak terluka” suara sosok itu dari kejauhan yang tidak terdengar jelas. Sekejap saja sosok yang sedang duduk didepan pintupun beranjak dari peraduannya. Sosok itupun segera berlari mendatangi kedua sosok itu. ”kenapa dengan bapak mu nak?” tanya ibu yang tua renta itu. ”bapak tersabet parang mak” jawabnya sambil menghela nafas. ”aku menemukannya di perbatasan desa” sambungnya. ”bawa bapakmu masuk” ucap ibu syariah-ibu Ridwan-.
Akhirnya, konflik kedua desa dapat juga mereda. Pak Drajat-orang kepercayaan pak Mukhlis- mau berunding dengan pak Rahmat-kades kusangin-. Dengan adanya perundingan ini ketegangan dua desapun dapat dikurangi untuk sementara. Namun bukan berarti konflik ini benar-benar berhenti. Sudah berulang kali perjanjian hanyalah jadi perjanjian, tidak pernah direalisasikan dalam tindakan yang nyata. Kedua desa sepakat untuk menghentikan konflik yang sedang berlangsung. Mungkin mereka sudah lelah dengan semua yang terjadi. tapi demi harga diri mereka, hal itu mereka kesampingkan. Bagi mereka lebih baik mati membela kampung dari pada harus mengalah dan menyerahkan batas desa.
Haripun berlalu, kini tidak tampak lagi konflik badan antara kedua desa. Tetapi suasana tegang antara kedua desa masih terasa. Warga kanjuhuran yang biasa mencari nafkah di perbatasan kedua desapun tidak berani untuk mendekat dan bekerja. Mereka hanya beraktifitas didalam kampung.
”maling…maling…” terdengar suara teriakan disubuh hari. Mendengar teriakan itu, wargapun terbangun dan langsung mencari sumber teriakan. Dilihat warga dua orang suami istri yang berdaya sedang terkapar di ruang tamu rumah mereka. Pintupun dalam keadaan terbuka. Ternyata itu adalah pak Syukron dan istrinya. Maling tersebut tidak hanya mengambil harta pak Syukron tapi juga melukai keduanya.
Dari kejauhan, tampak sosok yang sedang kekelahan seperti habis mengejar sesuatu. ”malingnya lari kesana” ucapnya terengeh-engeh. Ternyata itu adalah si Madin. Ia adalah penjaga pos ronda. ”kemana?” tanya seorang warga untuk memperjelas. ”itu…” ucapnya sambil. ”kemana?” tanya warga yang lain. ”kedesa sebelah”. ”apa?” wargapun mulai curiga bahwa maling tersebut adalah warga desa kusangin.
Tiba-tiba ditengah mereka datanglah Ridwan yang terbangun karena teriakan tadi. ”ada apa ini?” ucapnya keheranan. ”ini…pak Syukron kemalingan. Pak Syukron juga dibacok oleh tu maling” ucap madi-salah seorang warga desa-.”malingnya lari kedesa kesebelah wan” sambar Madin. Ridwanpun merasa heran dengan semua ini. Bagaimana mungkin malingnya bisa dari desa sebelah. Perbatasan kedua desa saja dibatasi oleh dua orang penjaga di masing-masing desa. ”sudahlah, biar aku yang akan menyelesaikannya. Sekarang kalian bantu pak Syukron”
Ridwanpun bergegas pergi kerumah untuk menemui ayahnya. Sesampainya di rumah, ia melihatnya ayahnya ada di ruang tamu bersama pak Drajat. Kebetulan waktu itu pak Drajat sedang bermalam di rumah pak Mukhlis. Iapun segera menghampiri ayahnya. ”apa yang terjadi tadi nak?” tanya ayahnya. ”rumah pak Syukron disatroni maling” jawabnya. ”maling?… pasti maling itu dari desa sebelah” sambung pak Drajat. ”kok bapak bisa tahu?” tanya Ridwan keheranan. ”memang benar apa yang dikatakan pak Drajat, Ridwan?” tanya ayahnya. ”kata pak Madin sih seperti itu” jawabnya.
Hati pak Mukhlispun memanas mendengar berita itu. ”bapak tenang saja. Belum tentu lagi malingnya adalah warga desa sebelah. Kita harus membuktikannya” kata Ridwan yang ingin kedua desa hidup dalam perdamaian. ”tak mungkin” sela pak Drajat. ”bapak tidak percaya dengan pak Madin. Ia penjaga pos, tentu ia melihat kemana maling itu pergi!” tambahnya. Pak Mukhlispun bingung dengan keadaan ini. Ia harus memilih antara anaknya dan orang kepercayaannya. ”pak, sudahlah pak. Kita akhiri saja semua konflik ini. Tidak ada gunanya konflik yang terus berkepanjangan ini” ucap Ridwan mencoba untuk membuka hati ayahnya. ”tidak bisa!!” sambar pak Drajat.”ini adalah demi harga diri. Kalau kita berdamai kepada mereka, berarti kita kalah” sambungnya. ”bapak jangan coba mempengaruhi bapak saya ya?”
Suasana di rumahpun menjadi tegang. Perang mulut antara Ridwan dan pak Drajatpun mulai berkoar. Ridwanpun akhirnya memutuskan pergi kedesa sebelah untuk menyelesaikan kasus ini. Pada awalnya ayahnya tidak mengizinkan Ridwan untuk pergi karena dia takut terjadi sesuatu pada anak semata wayangnya itu. Tapi kemauan si Ridwan akhirnya memaksa ayahnya untuk mengizinkannya pergi kedesa sebelah.
”perdamaian itu akan datang” ucapnya sambil berlalu meninggalkan rumah. Dengan mengusung perdamaian iapun pergi kedesa sebelah untuk berunding. Ia ditemani oleh si Amar teman dekatnya. Ia harap apa yang ia lakukan ini akan membawa semilir angin perdamaian.
Sesampainya di perbatasan desa ia dan Amar dicegat oleh orang yang tidak dapat ia kenali. Disitulah mereka dibacok, hingga akhirnya Ridwanpun tewas. Ternyata Amar dapat menyelamatkan diri dari peristiwa itu, walaupun ia menderita luka bacok. Amarpun kembali kedesa dengan luka parah dibagian kaki.
”pak, Ridwan kemana?” tanya bu Syariah kepada suaminya. ”Dia pergi kedesa Sebelah bu” ucap suaminya. ”perasaanku jadi tidak enak gini pak? Ada urusan apa dia pergi kesana?” tanya ibu Ridwan. ”Dia mau berunding dengan desa sebelah” ucap suaminya.
Datanglah Amar dengan luka parah yang dideritanya. ”ada apa Mar? Mana si Ridwan?” tanya pak Mukhlis. ”Si Ridwan Meninggal pak. Ia dibacok orang di perbatasan” ucap si Amar terengeh-engeh. ”Apa? Siapa pembunuhnya? ” tanya pak Mukhlis dengan perasaan sedih.
Terlihat sosok yang sedang berlari kearah rumah Pak Mukhlis. ”ada berita pak!” ucapnya. Ternyata itu adalah si Madi. ”ternyata malingnya adalah si Udin warga desa kita” ucapnya. ”si Madin hanya berbohong pak, ia disuruh oleh pak Drajat” sambungnya. Mendengar laporan ini pak Mukhlis merasa bersalah dengan anaknya. Iapun bertekuk dan menyadari bahwa sikapnya selama ini salah. Ia pun berjanji akan mewujudkan cita-cita anaknya untuk mewujudkan perdamaian.
”kita datangi pak Drajat!” kata pak Mukhlis dengan tegas. Warga bersama kepala desapun mendatangi rumah pak Drajat. Disana mereka menemukan rumah pak Drajat dalam keadaan kosong. Ternyata pak Drajat telah mengetahui hal ini dan segera pergi untuk menghilangkan jejak.
Akhirnya, pak Mukhlis luluh hatinya setelah kematian anaknya. Kini tak ada lagi yang menghalangi ia untuk berunding dengan desa sebelah. Selama ini ketika pak Mukhlis ingin berunding dengan desa sebelah, pak Drajat selalu menghalangi perundingan itu. Hal ini dilakukan pak Drajat untuk mengambil alaih kekuasaan di desa ini. Terakhir, terdengar kabar bahwa orang yang mebunuh Ridwan adalah orang suruhan pak Drajat.
Jenazah Ridwanpun akhirnya dibawa pulang untuk dimakamkan. Didepan jenazah anaknya pak Mukhlis berjanji akan mewujudkan perdamaian di dua desa. ”perdamaian yang engkau impikan akan segera terwujud nak. Terima kasih karena engkau telah membukakan pintu hatiku. Sebentar lagi kami akan merasakan nikmatnya semilir angin yang engkau perjuangkan” ucapnya.


Dishub Cilik SD Negeri 07 Belakang balok kota Bukittinggi

Alhamdulillah, Dishub cilik ini sudah go-nasional, satu-satunya dishub cilik d provinsi Sumatra barat, bahkan d nasional sekalipun. 


Penyuluhan Bahasa Indonesia bersama Blogger Bukittinggi


Teman-teman Blogger Bukittinggi sedang belajar penggunaan blog dengan benar dan baik di SD 02 Percontohan